Kamis, 29 Oktober 2009

PERUBAHAN PERILAKU SETELAH PROMOSI KESEHATAN

MAKALAH
PERUBAHAN PRILAKU
SETELAH PROMOSI KESEHATAN







DISUSUN OLEH :
1. Dwi Rhaudatun Naimah (S.08.)
2. Kartika Dewi (S.O8.355)
3. Norhayati (S.08.366)
4. Sali Marcalina(S.08.)
5. Yulia(S.08.388)

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2008 / 2009







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan yang berjudul “Perubahan prilaku setelah promosi kesehatan”.
Dalam pembuatan karya tulis ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Guru-guru dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga dengan selesainya tugas ini dapat bermanfat bagi pembaca dan teman-teman. “amin”


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
2. Rumusan Masalah
 PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU
 BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU
 STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU
 KOMUNIKASI PERUBAHAN PRILAKU
 PERILAKU MASYARAKAT SEHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN


BAB II
TINJAUAN TEORI

PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu kelompok, atau masyarakat (Blum;1974). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Intervensi terhadap faktor perilaku, secara garis besar dapat dilakukan melalui 2 upaya yang saling bertentangan yaitu;
1. Tekanan (enforcement)

Upaya enforcement ini bisa dalam bentuk undang-undang atau peraturan-peraturan (Law enforcement), instruksi-instruksi, tekanan-tekanan (fisik atau non-fisik), sanksi-sanksi dsb. Pendekatan atau cara ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku. Tetapi pada umumnya perubahan atau perilaku ini tidak langgeng (sutainable), karena perubahan perilaku yang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan.
2. Pendidikan (education)
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dsb melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koersif (memaksa). Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat maka akan langgeng bahkan selama hidup dilakukan.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence green (1980), menurut Green perilaku dipengaruhi 3 faktor utama yaitu;
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Pemungkin/ Enambling
3. Faktor Penguat / Reinforcing

Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas.



BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi 3 yaitu
1. Perubahan Alamiah (natural change)
Perilaku manusia selalu berubah. sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Misalnya Bu Ani apabila sakit kepala membuat ramuan daun-daunan yang ada dikebunnya. Tapi karena perubahan kebutuhan hidup, maka daun-daunan untuk obat tersebut diganti dengan tanaman-tanamn untuk bahan makanan. Maka ketika ia sakit, dengan tidak berpikir panjang lebar lagi bu Ani berganti minum jamu buatan pabrik yang dapat dibeli diwarung.
2. Perubahan Terencana (planned change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek misalnya pak Anwar adalah perokok berat. Karena pada suatu saat ia terserang batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi merokok sedikit demi sedikit dan akhirnya berhenti.
3. Ketersediaan untuk berubah (readdiness change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat , maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan prilaku oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan meninbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Perubahan prilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersipat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktip berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga bahkan merupakan referensi perilaku orang lain. Cara ini akan memakan waktu lebih lama dari cara yang kedua, dan jauh lebih baik dengan cara yang pertama.

Komunikasi Perubahan Perilaku untuk Promosi Kesehatan

Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengembangkan kapasitas jaringan, KuIS membuka kesempatan bagi mitra lokal yang termasuk jaringan koalisi untuk mengajukan proposal program komunikasi perubahan perilaku untuk meningkatkan kesehatan di wilayah masing-masing. Setelah melalui proses seleksi, dari 60 proposal yang diajukan terpilih 15 program untuk didanai melalui skema small grant dari USAID.

Ke- 15 program komunikasi yang terpilih berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular, kesehatan reproduksi, serta sanitasi dan kesehatan lingkungan, sebagai berikut:

• Program penanggulangan penyakit TBC diusulkan di Kabupaten Bima, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bandung, Kota Mataram, Jakarta dan Nias. Dalam program ini mitra KuIS melaksanakan kegiatan penjangkauan dan pemeriksaan suspect, pelatihan kader, serta pendampingan pasien dalam menjalani pengobatan. Melalui kerjasama ini, sedikitnya ditemukan 210 kasus TBC baru setelah dilakukan penyuluhan, penjangkauan dan pemeriksaan terhadap suspect diberbagai daerah. Sebagian besar dari mereka masih menjalani pengobatan dengan DOTS dan didampingi oleh para PMO (Pengawas Minum Obat) terlatih.

• Program peningkatan kesehatan reproduksi di propinsi Sumatera Utara, terutama di Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan Kota Medan. Kini, di Kabupaten Langkat sudah terbentuk jaringan kesehatan keluarga yang memiliki 887 anggota. Mereka telah dilatih dan terus didampingi oleh para relawan dari koalisi lokal untuk melaksanakan perannya sebagai kader.

• Program sanitasi dam kesehatan lingkungan di Kabupaten Dairi (Sumatera Utara) dan Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat). Program ini berhasil mendorong masyarakat Dairi untuk melaksanakan gotong-royong dan mengumpulkan iuran untuk membuat alat penyaringan air, sumur dan septic tank. Sedangkan di Kota Mataram, kini telah terbentuk kelompok kerja untuk perbaikan kondisi kesehatan lingkungan di tiga desa.

PERILAKU MASYARAKAT SEHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitmya tersebut. tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:
1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Alasannya bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas didalam hidup dan kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah pasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsip dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit dan takut biaya.
2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti yang telah diuraikan. alasan tambah dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasr pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapan mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.
3. Mencari pengobatan kepasilitas-pasilitas pengobatan tradisional(traditional remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan lain. Dukun (bermacam-macam dukun) yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima olah masyarakat dari pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, juga oengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung –warung obat dan sejenisnya termasuk ketukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah serius.
5. Mencari pengobatan kepasilitas-pasilitas pengobatan modern yang diadakan pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit.
6. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine).

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas.
2. Saran
Sebaiknya kita berpartisipasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses.
Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari : http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/promosi kesehatan, diakses tanggal 25 September 2008
Iqi, Iqbal, 2008, Promosi Kesehatan, dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com, diakses tanggal 15 Oktober 2008.
Kapalawi, Irwandi, 2007, Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini, dalam Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 25 September 2008.
Tawi, Mirzal, 2008, Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan, diambil dari http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan-masyarakat-dalam-promkes, diakses tanggal 15 Oktober 2008
Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York: McGraw Hill.
WHO, 1986, The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO, dari http://www.who.int/health promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses tanggal 25 September 2008.
WHO, 1998, Health Promotion Glossary, Geneva: WHO.

Jumat, 23 Oktober 2009

TUGAS KELOMPOK PROMOSI KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN


Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat yang mampu memecahkan dan meningkatkan kesehatan. Dalam makalah ini dibahas mengenai masalah dan kebutuhan yang diperlukan WUS (Wanita Usia Subur) dan PUS (Pasangan Usia Subur). Yang merupakan masalah dari WUS yaitu mengenai keadaan organ kelamin, untuk itu diberikan promosi kesehatan mengenai alat kelamin dan penyakit yang sering mengganggu akibat infeksi. Selain itu, WUS juga harus diberi penyuluhan mengenai penyakit menular seksual (PMS) agar WUS tidak melakukan tindakan atau perbuatan berganti-ganti pasangan dalam usianya yang subur.
PUS juga memerlukan penyuluhan/promosi kesehatan dalam kehidupannya. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mempromosikan KB (Keluarga Berencana) bagi pasangan ini. Tujuannya untuk membatasi kelahiran anak karena mereka subur, tidak memiliki kelainan sehingga mudah memperoleh anak/keturunan. Disini akan dibahas mengenai alat kontrasepsi, tapi salah satunya vasektomi dan tubektomi. Memang banyak alat kontrasepsi lainnya, namun vasektomi dan tubektomi merupakan kontap (kontrasepsi mantap) jika sudah matang dalam memilih pilihannya. Dengan penyuluhan KB diharapkan angka kelahiran dan di Indonesia menurun dan tingkat kesejahteraan hidup meningkat.




BAB II
PEMBAHASAN



A. Promosi Kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS)

1. Pengertian

Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.


2. Masalah dan Kebutuhan yang dialami Pasangan Usia Subur (PUS)

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam memperoleh keturunan dikarenakan keadan kedua pasangan tersebut normal, hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian maslah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti masyarakat luas.


3. Promosi Kesehatan yang diberikan pada PUS

Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan angka kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan pernikahan dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana keduanya memiliki keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam mengatasi masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada pasangan tersebut.

Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu alat kontrasepsi baik untuk pria dan wanita yaitu tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria.


v Vasektomi

Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0.5 cm – 1 cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat.


Cara Kerja :

Saluran vas deferens yang berfungsi mengangkut sperma dipotong dan diikat, sehingga aliran sperma dihambat tanpa mempengaruhi jumlah cairan semen. Jumlah sperma hanya 5% dari cairan ejakulasi. Cairan semen diproduksi dalam vesika seminalis dan prostat sehingga tidak akan terganggu oleh vasektomi.


Efektifitas : 99% lebih
Indikasi dan Kontraindikasi :
a. Indikasi :
- Menunda kehamilan
- Mengakhiri kesuburan
- Membatasi kehamilan
- Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak cukup dan tidak ingin menambah anak.
b. Kontraindikasi :
- Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.
- Peradangan pada alat kelamin pria.
- Penyakit kencing manis.
- Kelainan mekanisme pembekuan darah.
- Infeksi didaerah testis (buah zakar) dan penis
- Hernia (turun bero)
- Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar)
- Buah zakar membesar karena tumor
- Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)
- Buah zakar tidak turun (kriptokismus)
- Penyakit kelainan pembuluh darah
Keuntungan dan Kerugian :
a. Keuntungan :
- Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual, produksi hormon.
- Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi. Dapat digunakan seumur hidup.
- Tidak menggangugu kehidupan seksual suami istri.
- Tidak mengganggu produksi ASI (untuk kontap wanita).
- Lebih aman (keluhan lebih sedikit)
- Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan)
- Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil)
- Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan)
- Tidak ada mortalitas/kematian.
- Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
- Tidak ada resiko kesehatan.
- Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan.
- Sifatnya permanen.

b. Kerugian :
- Memerlukan operasi bedah
- Prosedur ini hanya untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan punya anak lagi.
- Harus dengan tindakan pembedahan.
- Harus memakai kontrasepsi lain (kondom) selama beberapa hari atau minggu sampai sel mani menjadi negatif.

- Tidak dapat dilakukan dengan orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.

Efek Samping dan Komplikasi :
a. Efek Samping :
- Timbul rasa nyeri.
- Abses pada bekas luka.
- Hematoma atau membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.

b. Komplikasi :
- Pendarahan
- Peradangan bila sterilisasi/ alat proses kurang

Hal penting lain di luar poin-poin di atas :
a. Digunakan atas permohonan pasangan suami istri yang sah, tanpa paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun, telah di anugrahkan 2 orang anak dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun dengan mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun.
b. Setiap calon peserta vasektomi harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukannya hambatan atau kontraindikasi atau menjalani kontap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalani vasektomi .
c. Pelayanan Vasektomi dapat diperoleh di : Rumah sakit , Puskesmas , Klinik KB
d. Nasehat Pra tindakan
i. Sebelum Tindakan
1. Tidur dan istirahat yang cukup
2. Mandi dan bersihkanlah daerah yang sekitar kemaluan
3. Pakailah celana dalam yang bersih
4. Dianjurkan makan dulu sebelum pergi ke Klinik
5. Bawalah surat persetujuan dari Istri yang telah di tandatangan.
ii. Tiba di Klinik
1. Hubungi Petugas Klinik
2. Tunggulah hingga tiba giliran dilayani
3. Nasehat Pasca Tindakan
iii. Sesudah tindakan
1. Istirahatlah satu /dua hari
2. Jagalah luka bekas operasi, jangan sampai terkena air/ kotoran
3. Pakailah celana dalam yang bersih
4. Makanlah obat yang diberikan sesuai dengan anjuran
5. Kembalilah memeriksakan diri ke klinik setelah satu minggu.
6. Bila akan melakukan hubungan suami istri dalam periode pertama 15 kali mengeluarkan air mani sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi
Dilarang :
a. Melakukan pekerjaan yang berat seperti : Memikul, Mencangkul, Memanjat Pohon/naik sepeda selama satu pekan setelah operasi.
b. Melakukan hubungan Suami Istri bila :
i. Luka operasi belum sembuh (biasanya sekitar 6 hari)
ii. Tidak memakai alat kontrasepsi (biasanya sampai dengan 15 kali keluarnya air mani)
Kembalilah segera ke klinik:
a. Jika dari luka operasi terjadi pendarahan yang tidak berhenti
b. Jika suhu tubuh meninggi
c. Jika pada daerah operasi timbul rasa nyeri yang hebat.
e. Vasektomi Rp 75.000 – 1.200.000 (Sudah termasuk biaya dokter)
Merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP) dengan jalan memotong vas deferen sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi memerlukan sekitar 12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dri spermatozoa. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan kondom selama 12 kali sehingga bebas untuk melakukan hubungan seks.


v Tubektomi

Ialah tindkaan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita.
Keuntungan tubektomi adalah :

1) Motivasi hanya dilakukan satu kali saja
2) Efektivitas hampir 100%
3) Tidak mempengaruhi libido seksualis
4) Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.

Pelaksanaan tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan edema tuba, infeksi, dan alat-alat genital belum menciut.
Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang tidak menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap (kontrasepsi mantap). Dalam pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran yang matang.


B. Promosi Kesehatan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Secara manual yang dimaksud wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Dimanan dalam masa ini petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan pada WUS yang memiliki masalah mengenai organ reproduksinya. Petugas kesehatan harus menjelaskan mengenai personal hyegiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkan dan penyakit yang dapat diakibatkan dari hal tersebut. WUS dianjurkan untuk menjaga diri agar tidak terikut menjadi WTS (Wanita Tunasusila).


1. Penyakit Menular Seksual
a. Penyakit Gonore

Penyakit ini paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit hubungan seksual. Penyebabnya Neisseria gonorhoe, tergolong bakteri diplokokus berbentuk buah kopi. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan patas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah. Upaya preventif agar tidak terinfeksi gonore pada mata dilakukan pemberian tetes mata nitras argentil 1% secara crede dan tetes mata dengan antibiotika langsung pada BBL.


b. Penyakit Sifilis

Penyebab : Treponema pallidum, ordo spirochaetaeas
Yang diserang adalah semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallidum. Masa inkubasinya sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi masuk, terdapat infiltrat (pemadatan karena serbuan sel darah putih) yang mengelupas dan menimbulkan perlukaan dengan permukaan bersih, berwarna merah dan kulit terdapat tanda radang membengkak dan nyeri. Upaya preventif yaitu melakukan pemeriksaan sebelum pernikahan.

c. Trikomoniasis

Adalah infeksi genitalia yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trikomoniasis pada wanita pada keadaan akut terdapat gejala lendir vagina banyak dan berbusa, bentuk putih bercampur nanah terdapat perubahan warna (kekuningan, kuning-hijau), bebau khas. Adanya iritasi pada lipatan paha dan kulit sekitar kemaluan sampai liang dubur. Dengan penyampaian penyakit pada alat kelamin maka WUS akan menjaga kebersihan kelaminnya dan tidak melakukan hubungan seks bebas.

2. Pemeriksaan Alat Kelamin

Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan kesehatan walaupun ia memiliki siklus haid/menstruasi yang teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur. Artinya WUS harus sehat bebas dari penyakit kelamin. Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar mengetahui kondisi organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik.Dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah penyakit alat kelamin.Alat kelamin wanita sangat berhubungan dengan dunia luar yang melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga/ruang rahim. Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara dalam ruang perut. Karena adanya hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin wanita disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau disebut juga peritonitis.
Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu : dari sistem asam, biasanya sistem pertahanan yang lainnya dengan cara pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke luar yang menyebabkan bakteri yang dibuang dalam bentuk menstruasi, sistem pertahanan ini sangat lemah, sehingga infeksinya sering dibendung dan pasti menjalar ke segala arah yang menimbulkan infeksi mendadak dan menahun. Contoh : Penyakit alat kelamin pada wanita adalah : “LEUKOREA”.
Leukorea adalah keputihan, yaitu : cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan.

Leukorea dibedakan atas 2 bagian yaitu :

- Leukorea Normal (Fisiologis)

Terjadi pada fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi melalui rangsangan seksual.


- Leukorea abnormal

Terjadi pada semua infeksi alat kelamin yaitu : infeksi bibit kemaluan, liang senggama, mulut rahim dan jaringan penyangganya, dan infeksi penyakit hubungan kelamin.

Leukorea bukanlah penyakit, tetapi gejala penyakit yang dapat ditentukan dengan pertanyaan.Yaitu :

- Kapan mulainya?
- Berapa jumlahnya?
- Serta gejalapenertanya?

Penanganannya perlu dilakukan pemeriksaan, seperti : pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium/rutin.
Pemeriksaan mencakup : Pewarnaan gram, preparat basah, preparat KOH, kultur/pembiakan, dan Pap Smear.
Dibawah ini beberapa penyakit infeksi kelamin wanita yang umum terjadi dijelaskan dibawah ini yaitu :



- Infeksi Kelenjar Bartholini

Disebabkan oleh bakteri gonorea, siapolokokus atau streptococus. Pada pemeriksaannya dijumpai pembengkakan kelenjar, padat, berwarna merah, nyeri, dan panas.
Pengobatan : dengan insisi รจ yang mengurangi pembengkakan mengeluarkan isinya.
Therapy : antibiotik dosis tepat
Yang menahun dalam letak kista bartholini yang diperlukan tindakan marsupialisasi.
Yaitu operasi menyembuhkan kista dalam membuka, mengeluarkan isi dan menjahit tepi kista di irisan kulit.

- Kondiloma Akuminata

Berbentuk seperti bunga kol dengan jaringan ikat dan tertutup oleh epitel hiperkeratasis (Penebalan lapisan tanduk). Penyebabnya semacam virus sejenis virus veruka. Pengobatan pada infeksi ini dengan tungtura podofilin 10%.

- Infeksi Vagina (Vulvitis) Diabetika.

Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan relatif gemuk. Pada pemerikaan laboratorium dijumpai penyakit kencing manis.


- Infeksi Liang Senggama (Vaginitis)

Di dalam liang senggama hidup bersama saling menguntungkan beberapa bakteri yaitu hasil doderlain, stafilokokus dan streptokokus, serta hasil difteroid. Secara umum gejala infeksi liang senggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.

- Infeksi Spesifik Vagina

Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trikomonas vaginalis, dengan gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal dan rasa terbakar. Disebabkan oleh bakteri trikomonas vaginalis. Cara utama penularannya adalah dengan hubungan seksual. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, yang disebabkan oleh jamur candida albican. Leukorea berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal, dan pengobatan dengan mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan kedalam liang senggama.

- Servisitis Akuta

Infeksi ni dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi hubungan seksual. Gejalanya pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar kesekitarnya.

- Servisitis Menahun (Kronis)

Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapatnya perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejalanya leokorea yang kadang sedikit atau banyak dan dapat terjadi perdarahan (saat berhubungan seks).



- Penyakit Radang Panggul

Infeksi ini sebagian berkaitan dengan infeksi alat kelamin bagian atas. Bentuk infeksi ini dapat mendadak (akut) dengan gejala nyeri dibagian perut bawah.











BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Penulis menyimpulkan bawah :

1. Promosi kesehatan yang sangat penting bagi PUS adalah program KB untuk menekan angka kelahiran.

2. Penyakit menular seksual banyak dialami oleh wanita usia subur yang melakukan hubungan seks bebas, maka perlu penyuluhan dalam menjaga keadaan diri.

3. WUS yang tidak memeriksakan keadaan dirinya akan sering terserang penyakit kelamin misalnya : Leukorea (Keputihan yang Abnormal).

B. Saran

1. Diharapkan dengan program KB yang telah dipromosikan dapat menekan angka kelahiran dan meningkatkan kesejahteraan orang.

2. WUS harus rajin memeriksakan kesehatan dan menjaga kebersihan diri mencegah penyakit alat kelamin.

3. WUS harus menjaga diri untuk tidak berganti pasangan mencegah penyakit menular seksual.

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Kondisi Umum
Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan Sumber Daya Manusia.
Kondisi kesejahteraan rakyat seperti kependudukan, jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2003 sebanyak 579.499 jiwa dengan luas wilayah 1.900,22 Km2 per segi. Jumlah penduduk tersebut bertambah menjadi 5.883.263 jiwa pada tahun 2004, dengan jumlah penduduk miskin mencapai 132.188 jiwa.
Permasalahan Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berkualitas adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk, masih tingginya tingkat kelahiran penduduk hal ini ditandai dengan tingginya angka kelahiran total Total Fertility Rate (TFR) pada tahun 2006 sebesar 2,78 rata-rata kelahiran Pasangan Usia Subur dan diharapkan pada tahun 2010 sebesar 2,38 rata-rata kelahiran Pasangan Usia Subur. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja tentang hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB, masih kurang maksimalnya akses dan kualitas pelayanan KB, masih lemahnya ekonomi dan ketahanan keluarga, belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, dan belum tertatanya administrasi kependudukan dalam rangka membangun sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan yang berkelanjutan.
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berkualitas tahun 2006-2010 adalah 1) Terlayaninya peserta KB aktif Pasangan Usia Subur (PUS) dan KB Baru dan peningkatan peserta KB pria; 2) Meningkatnya penggunan metode kontrasepsi yang efektif serta efisien; 3) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh-kembang anak; 4) Meningkatnya jumlah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera-I yang aktif dalam usaha ekonomi produktif; 5) Meningkatnya keserasian kebijakan kependudukan dalam rangka peningkatan kualitas, pengendalian pertumbuhan dan kuantitas, pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan;
Arah Kebijakan
Pembangunan Bidang Kependudukan dan Keluarga Berkualitas Tahun 2006-2010, diarahkan pada upaya-upaya Peningkatan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran dan memperkecil angka kematian; meningkatkan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan rentan, termasuk keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I; meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuhkembangan anak serta peningkatan pendapatan keluarga; meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, pendewasaan usia perkawinan; dan penguatan kelembagaan dan jaringan KB dalam meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; Menata kebijakan persebaran dan mobilitas penduduk secara lebih seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, melalui peningkatan pertumbuhan
ekonomi wilayah dan penataan kebijakan administrasi kependudukan.
Pengelolaan administrasi kependudukan diarahkan pada tersedianya data base kependudukan (Bank Data Kependudukan) demi terwujudnya pelayanan prima dengan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Dengan pelaksanaan SIAK pelayanan dokumen kependudukan (KTP, Kartu Keluarga dan Akta Catatan Sipil) dapat dilakukan dengan cepat, tepat, akurat dan terjangkau.
Program Pembangunan
Program Keluarga Berencana (KB)
Program ini bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil berkualitas
Sasaran program adalah
• Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin berKB namun tidak melayani KB (unmetneed)
• Meningkatnya partisipasi laki-laki untuk berKB
• Menurunnya angka kelahiran total (TFR)
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Pembinaan advokasi serta KIE KB
• Pembinaan kualitas pelayanan kontrasepsi
• Pembinaan jaminan dan perlindungan pemakai kontrasepsi
• Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
• Melakukan promosi dan pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi
Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas
Program ini bertujuan meningkatkan kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
Sasaran program adalah
• Meningkatnya jumlah Peserta KB aktif
• Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan KB dan pelayanan reproduksi yang diselenggarakan oleh masyarakat
• Meningkatnya jumlah lembaga yang secara mandiri menyelenggarakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Melakukan pelatihan dan bimbingan pelayanan dan manajemen, kesehatan reproduksi bagi institusi, dan lembaga berbasiskan masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan KB
• Menyediakan dan menyelenggarakan pertukaran informasi tentang KB serta kesehatan reproduksi
• Melakukan promosi kemandirian berKB
Program Kesehatan Reproduksi Remaja
Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang
Sasaran program adalah meningkatnya pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
Pengembangan kebijakan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja
Penyelenggaraan promosi kesehatan reproduksi remaja, pemahaman dan pencegahan HIV/AIDS dan bahaya NAPZA, termasuk advokasi, komunikasi, informasi, dan edukasi, dan konseling bagi masyarakat, keluarga dan remaja
Penguatan dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan program kesehatan reproduksi remaja yang mandiri
Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan membina ketahanan keluarga dengan memperhatikan kelompok usia penduduk berdasarkan siklus hidup, yaitu mulai dari janin dalam kandungan sampai lanjut usia, dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas
Sasaran program adalah meningkatnya kemampuan keluarga dalam rangka mesenjahterakan dan mendidik anak-anak sampai dengan dewasa .
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Pengembangan dan memantapkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga
• Penyelenggaraan advokasi, KIE, dan konseling bagi keluarga tentang pola asuh dan tumbuh kembang anak, kebutuhan dasar keluarga, akses terhadap sumber daya ekonomi, dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga
• Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan melalui usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS)
• Pengembangan cakupan dan kualitas kelompok Bina Keluarga bagi keluarga dengan balita, remaja dan lanjut usia.
Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KBR yang mandiri
Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR
Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS
Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga
Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
Program Keserasian Kebijakan Kependudukan
Program ini bertujuan menyerasikan kebijakan kependudukan yang berkelanjutan di berbagai bidang pembangunan baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah
Sasaran program adalah terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan dan pengintegrasian faktor kependudukan
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Pengembangan kebijakan dan program pembangunan yang berwawasan kependudukan meliputi aspek kuantitas, kualitas, dan mobilitas
• Pengkajian perkembangan dan dinamika kependudukan di semua tingkat wilayah administrasi
• Pengintegrasian faktor kependudukan kedalam pembangunan sektoral dan daerah
Program Penataan Administrasi Kependudukan
Program ini bertujuan menata administrasi kependudukan dalam upaya mendorong terakomodasinya hak-hak penduduk dalam memperoleh hak dasar dalam perlindungan hukum dan rasa aman, tertib dalam administrasi penduduk
Sasaran program adalah terciptanya pengelolaan informasi kependudukan dan penataan kelembagaan administrasi kependudukan yang berkelanjutan
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Pengelolaan Informasi Kependudukan dalam kerangka Sistim Informasi Administrasi Kependudukan.
• Pelayanan dokumen kependudukan secara efektif dan efisien.
• Penataan kelembagaan administrasi kependudukan yang berkelanjutan di daerah termasuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
• Peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang kependudukan.
KETENAGAKERJAAN
Kondisi Umum
Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2003 sebesar 12,34 persen. Pada tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 13,75 persen. Dan pada tahun 2005 diharapkan turun menjadi sebesar 12 persen. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) pada tahun 2003 sebesar 60,57 persen. Persentase ini bertambah menjadi 64 persen tahun 2004 dan menjadi 65 persen tahun 2005.
Permasalahan ketenagakerjaan adalah kecenderungan meningkatnya jumlah pengangguran terbuka, menciutnya lapangan kerja formal di perkotaan dan di perdesaan, dan adanya indikasi menurunnya produktivitas di industri pengolahan.
Sasaran
Menurunnya tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2006 sebesar 11,50 persen, 11,0 persen tahun 2007, 10,50 persen tahun 2008, 10,00 persen tahun 2009, dan tahun 2010 sebesar 9,60 persen
Arah Kebijakan
Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2006-2010, diarahkan pada upaya-upaya:
• Menciptakan kesempatan kerja melalui peningkatan investasi
• Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja melalui peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan dan parasarana dan sarana pelatihan ketenagakerjaan.
• Mendorong pembaharuan program-program perluasan kesempatan kerja melalui pengembangan UKM, kredit mikro serta program pengentasan kemiskinan
• Mendorong perbaikan kebijakan yang berkaitan dengan migrasi tenaga kerja melalui program pendukung pasar kerja dengan mendorong terbentuknya informasi pasar kerja dan bursa kerja.
Program Pembangunan
Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja produktif serta mendorong mobilitas tenaga kerja dalam rangka mengurangi penganggur dan setengah penganggur baik di perdesaan maupun di perkotaan
Sasaran program adalah terciptanya pasar kerja yang seluas-luasnya.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Mendorong penyempurnaan peraturan dan kebijakan serta program ketenagakerjaan
• Meningkatkan pemantuan dinamika pasar kerja dalam penciptaan lapangan kerja formal
• Melakukan koordinasi penyusunan rencana kerja dan informasi pasar kerja
• Peningkatan kerjasama antara lembaga bursa kerja dengan industri/perusahaan
• Pengiriman Tenaga Kerja ke Luar Negeri
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, keahlian, dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas
Sasaran program adalah terwujudnya standar kompetensi kerja dan penyelenggaraan pelatihan kerja berbasis kompetensi.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Mendorong pengembangan standar kompetensi kerja dan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja
• Peningkatan program-program pelatihan kerja berbasis kompetensi
• Peningkatan relevansi dan kualitas lembaga pelatihan kerja
• Peningkatan profesionalisme tenaga kepelatihan dan instruktur latihan kerja
• Peningkatan sarana dan prasarana lembaga latihan kerja
• Pembangunan gedung latihan kerja
• Menyediakan sarana dan prasarana yng mendukung kegiatan kerja.
Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja
Program ini bertujuan untuk menciptakan suasana hubungan kerja yang harmonis antara pelaku produksi melalui peningkatan pelaksanaan hubungan indusrial yang merupakan sarana untuk mempertemukan aspirasi pekerja dengan pemberi kerja.
Sasaran program adalah terciptanya perlindungan dan peningkatan fungsi-fungsi lembaga-lembaga ketenagakerjaan.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
• Peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum ketenagakerjaan
• Peningkatan fungsi lembaga-lembaga ketenagakerjaan
• Penyelesaian permasalahan industrial secara ideal, konsisten, dan transparan
Mendukung tindaklanjut pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (Keppres RI No. 59/2002)

Jumat, 16 Oktober 2009

Dari waktu ke waktu, promosi kesehatan dalam praktek kebidanan terus mengalami pasang surut. Selain banyak yang sudah bisa dicapai, banyak pula yang belum bisa diwujudkan. Di antara semuanya itu, yang paling penting adalah pengambilan hikmah, makna, nilai atau “wisdom” yang dapat dipetik dari perjalanan sejarah Promosi Kesehatan itu adalah sebagai berikut:
1. Bahwa Promosi Kesehatan dalam praktek kebidanan (atau apapun namanya waktu itu: Propaganda, Pendidikan, Penyuluhan atau nama lainnya lagi) merupakan kebutuhan mutlak baik bagi masyarakat maupun bagi penyelenggara kesehatan.
2. Bahwa upaya promosi kesehatan dalam praktek kebidanan perlu dilakukan secara terpadu dengan program-program kesehatan. Promosi kesehatan tanpa program akan tidak berarti apa-apa (lumpuh), sebaliknya program kesehatan tanpa promosi kesehatan akan kurang mengenai sasaran (buta).
3. Bahwa gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan esensi dari upaya Promosi Kesehatan dalam praktek kebidanan. Upaya ini adalah upaya dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan model Pendidikan Kesehatan Rakyat (Model Bekasi), Daerah Kerja Intensif PKM (Model Bandung), Pendekatan Edukatif, Pengembangan PKMD, Posyandu, Gerakan PHBS, dll.
4. Bahwa gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut perlu didukung dengan upaya bina suasana (mempengaruhi opini publik) dan upaya advokasi kebijakan (mempengaruhi kebijakan yang berorientasi sehat). Bahwa untuk itu perlu dikembangkan rencana aksi yang jelas dan operasional.
5. Bahwa kemitraan dengan berbagai pihak perlu dilakukan, baik lintas program, lintas sektor, pemerintah-masyarakat, termasuk swasta dan LSM, Pusat-Daerah, unsur pelayanan-unsur ilmuwan/Perguruan Tinggi, maupun antara berbagai negara dalam lingkup lingkup global/internasional.
6. Bahwa SDM promosi kesehatan dalam praktek kebidanan profesional perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, sehingga mempunyai kemampuan yang diperlukan sebagai planner, mediator, educator, advocator, social marketer, dll.
7. Bahwa metode dan teknik promosi kesehatan dalam praktek kebidanan perlu terus menerus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan kemajuan dan perkembangan IPTEK, yang juga dapat memenuhi berbagai kebutuhan berdasar keadaan, masalah dan potensi setempat.
8. Bahwa pengembangan promosi kesehatan dalam praktek kebidanan perlu dilakukan berdasarkan pada fakta (evidence-based) dengan mendayagunakan data dan informasi dalam perencanaan dan pencatatan/pelaporan, yang dilakukan sejak di tingkat Kabupaten/Kota, sampai tingkat Provinsi dan Nasional.
9. Bahwa untuk menjalankan kegiatan promosi kesehatan dalam praktek kebidanan diperlukan dukungan organisasi yang mantap, baik di Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Apabila memungkinkan di tingkat Pusat eselonnya dapat ditingkatkan menjadi eselon I sehingga dapat mengemban visi dan misinya secara lebih berhasil guna dan berdaya guna. Sedangkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota menyesuaikan.
10. Selain itu juga diperlukan adanya Organisasi Profesi Promosi Kesehatan dalam praktek kebidanan yang kuat, yang berperan antara lain sebagai mitra, pemikir, pemasok, pengamat dan pengkritik kegiatan promosi kesehatan di lapangan.

Selanjutnya, perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan dalam praktek kebidanan merupakan tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan ini perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan dalam praktek kebidanan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,menurunkan angka kematian ibu & bayi, sehingga dapat hidup sejahtera dan produktif.
Itu semua kita lakukan adalah dalam rangka membangun jiwa dan membangun badan, sebagaimana tertuang dalam lagu kebangsaan kita. Maka Hiduplah Indonesia Raya. Dalam kaitan dengan itu, kita, kapan dan di manapun berada, perlu melakukan sesuatu, apa saja yang dapat kita lakukan asal positif, dengan ihlas. Sebagai penutup buku ini, kita perlu renungkan kata-kata bijak dari orang yang sangat bijak bestari, yaitu: “Mulailah dari dirimu sendiri”.
Dalam promosi kesehatan dalam praktek kebidanan berbagai upaya telah dilakukan salah satunya adalah:
Munculnya Posyandu
Dengan berkembangnya PKMD dan dalam implementasinya menggunakan pendekatan edukatif, muncullah berbagai kegiatan sawadaya masyarakat untuk pelayanan kesehatan antara lain: Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan, Dana Sehat. Selain itu juga muncul berbagai kegiatan lain, yang berada di luar kesehatan, meskipun tetap ada kaitannya dengan bidang kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut murni muncul dari masyarakat sendiri, dan untuk pelayanan mereka sendiri, dibidang kesehatan.
Secara teori, pada periode ini telah muncul perbedaan sudut pandang. Mulai terlihat bahwa salah satu kelemahan dari pendekatan edukatif adalah belum berhasil memunculkan “community real need”. Yang terjadi adalah bahwa melalui pendekatan edukatif ini telah muncul berbagai “community felt need”. Akibatnya muncul berbagai kegiatan masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat tersebut. Dengan munculnya aneka ragam kegiatan masyarakat tersebut, sulit untuk memperhitungkan kontribusi kegiatan masyarakat tersebut terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong para pengambil keputusan di lingkungan Departemen Kesehatan untuk melakukan perubahyan pada pendekatan edukatif sebagai strategi pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pada tahun 1984, berbagai kelompok kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan (Pos Penimbangan Balita, Pos Imunisasi, Pos KB Desa, Pos Kesehatan), dilebur menjadi satu bentuk pelayanan kesehatan terpadu yang disebut Posyandu (pos pelayanan terpadu). Atau lengkapnya Pos Pelayanan Terpadu KB-Kesehatan. Peleburan menjadi Posyandu tersebut, selain setelah dicoba dikembangkan di Jawa Timur, juga setelah melalui tahap kegiatan uji coba di tiga provinsi, yaitu: Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Dipadukannya pelayanan KB dan kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat. Karena dengan keterpaduan pelayanan ini masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.
Secara konsepsual, Posyandu merupakan bentuk modifikasi yang lebih maju dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk menunjang pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penurunan angka kematian bayi. Modifikasi tersebut adalah dengan tetap mempertahankan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, gotong royong dan sukarela, namun bentuk kegiatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan tidak lagi beragam, karena sudah diarahkan dan diseragamkan yaitu Posyandu. Melalui keseragaman kegiatan masyarakat dalam bentuk Posyandu, diharapkan dapat berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya penurunan angka kematian bayi dan balita.
Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan di lapangan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan teknis Puskesmas, Departemen Agama, Departemen Pertanian, dan BKKBN. Posyandu melaksankan 5 program kesehatan dasar yakni: KB, kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, dan penaggulangan diare. Adapun sasaran utama adalah menurunkan angka kematian bayi dan memperbaiki status kesehatan dan gizi balita, maupun ibu hamil dan menyusui.
Posyandu merupakan wadah partsipasi masyarakat, karena Posyandu paling banyak menggunakan tenaga kader. Kader ini merupakan tenaga relawan murni, tanpa dibayar, namun merupakan tenaga inti di Posyandu. Sebagian besar kader adalah wanita, anggota PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Maka dapat dikatakan bahwa PKK merupakan sumber penggerak Posyandu. Tokoh-tokoh di awal terbentuknya Posyandu ini adalah: Dr. M. Adhyatma, Dr. Suyono Yahya, Ibu Soeparjo Rustam, dll.

Tujuan Posyandu dan Sistem Pelayanan 5 Meja
Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah kelompok-kelompok rentan, yakni ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Oleh sebab itu pelayanan Posyandu mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatanan ibu dan anak, imunisasi, gizi, penanggulangan diere, dan keluarga berencana.
Tujuan dikembangkannya Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan, yakni:
a. Untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran.
b. Untuk mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
c. Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat dalam rangka menunjang meningkatnya kesehatan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Pelayanan Posyandu menganut sistem 5 meja, dengan urutan sebagai berikut:
1. Meja 1:Melayani pendaftaran bagi para pengunjung Posyandu, yang dikelompokkan menjadi 3 yakni: bayi dan anak balita, Ibu hamil dan menyusui, dan PUS (pasangan usia subur). Pelayanan meja 1 dilakukan oleh kader kesehatan.
2. Meja 2: Melayani penimbangan bayi, balita, dan ibu hamil, dalam rangka memantau perkembangan bayi, balita, dan janin dari ibu yang sedang hamil, yang dilayani oleh kader kesehatan.
3. Meja 3: Melayani pencatatan hasil dari penimbangan dari Meja 2 didalam KMS (kartu menuju sehat), baik KMS bayi/balita maupun KMS ibu hamil, juga dilayanani oleh kader.
4. Meja 4: Melakukan penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ib hamil, sebagai tindak lanjut dari hasil pemantauan status gizi, balita dan ibu hamil, dan KB. Meja ini dilayani oleh petugas atau kader.
5. Meja 5: Dilakukan pelayanan oleh petugas medis/para medis dari Puskesmas untuk imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yang memerlukan, dan periksa hamil. Bila terdapat kasus yang tidak dapat ditangani oleh Posyandu, mereka akan dirujuk ke Puskesmas.

Perkembangan pesat Posyandu
Penyelenggaraan Posyandu pada berbagai tatanan administrasi, merupakan satu bentuk demonstrasi tentang betapa efektifnya jejaring kemitraan yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan. Di Depkes, unit yang merupakan penggerak kegiatan Posyandu ini adalah Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat (BPSM) yang berada di bawah Direntorat Jenderal Binkesmas, yang merupakan ”saudara kembar” dari unit Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang berada dibawah Sekretariat Jendral.
Dalam rangka pengembangan jejaring kemitraan untuk mennunjang penyelenggaraan Posyandu, Departemen Dalam Negeri mengambil prakarsa untuk mewujudkan Kelompok Kerja nasional Posyandu (Pokjananl Posyandu), sebagai bagian dari institusi LKMD yang ada pada setiap jenjang administrasi pemerintahan. LKMD ini merupakan wadah koordinasi berbagai kegiatan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Inilah yang merupakan salah satu kunci suksesnya pengembangan Posyandu, yaitu karena terjalinnya kemitraan yang kuat dan luas di kalangan penyelenggara pemerintahan melalui Pokjanal Posyandu tersebut
Demikianlah kemudian Posyandu berkembang sangat pesat. Terakhir tercatat tidak kurang dari 240.000 buah Posyandu yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Banyak pejabat kesehatan dunia dan dari negara sahabat datang berkunjung, serta berdecak kagum melihatnya dari dekat. Ini juga tidak lepas dari para kader PKK (penggerak kesejahteraan keluarga) yang menjadi penggerak Posyandu mulai dari Pusat sampai ke lini paling depan. Atas perannya ini, wajarlah apabila Ibu Suparjo Rustam memperoleh penghargaan deari WHO (berupa Sasakawa award).
Memang belum dapat diketahui secara pasti berapa besar kontribusi keberadaan dan kegiatan Posyandu ini terhadap penurunan angka kematian bayi. Tetapi yang pasti memang terjadi penurunan angka kematian bayi berbarengan dengan melesatnya perkembangan Posyandu di Indonesia. Namun Posyandu belum berdampak positif pada penurunan angka kematian ibu. Dan dengan terjadinya krisis ekonomi dan sosial di sekitar tahun 2000, banyak Posyandu yang terpuruk. Pada saat ini sedang dilakukan kegiatan revitalisasi Posyandu.